Membantu Anak Menyiapkan Ujian
Membantu Anak Menyiapkan Ujian untuk anak kita semua sudah tahu bahwa sekolah menjadi beban dan sumber stres tersendiri bagi anak. Saat anak mengalami stres, mereka akan kesulitan belajar dengan baik. Lalu bagaimana kita sebagai orangtua bisa membantu anak mempersiapkan ujian, jika seringkali ujian dibayangi oleh berbagai emosi negatif?
Lori Desautels, asisten profesor di School of Education, Marian University, merekomendasikan enam strategi jitu yang dapat dilakukan orang dewasa – dalam konteks kita, ya kita, para orangtua – dalam mendampingi anak melewati masa-masa ujiannya. Ayah Ibu bisa mempraktikkan keenam strategi ini saat anak menjalani masa UTS, UAS, Ujian Nasional, atau dalam berbagai tes lain yang akan anak jalani. Apa saja keenam strategi jitu tersebut?
Dorong kepercayaan diri anak
Apa strategi pertama dalam membantu anak mempersiapkan ujian? Ajak anak berpikir bahwa meskipun ujian bisa jadi penting, namun tidak akan pernah benar-benar mendefinisikan dirinya; bahwa anak bodoh, tidak pintar, dan sebagainya. Tentu saja, saat mengatakan hal ini, Ayah Ibu harus percaya bahwa setiap anak cerdas dalam bidang bakatnya masing-masing. Ingat kecerdasan majemuk?
Bagaimana membuat anak percaya diri meskipun suatu kali ia mendapatkan nilai jelek di suatu mata pelajaran? Pertama, Ayah Ibu bisa mengajak anak untuk melihat bidang apa yang paling ia suka dan kuasai. Tidak ada bidang yang lebih unggul dibanding yang lain; dan setiap bidang bakat punya profesi dan arah kariernya sendiri. Maka jangan takut.
Apresiasi tiap usaha anak, sekecil apapun
Tetapi anak saya harus tetap belajar semua mata pelajaran, betul, ‘kan?
Hal tersebut benar, karena saat terjun dalam ekosistem bakat, anak tidak dapat mengandalkan bakatnya saja, melainkan perlu belajar banyak hal. Katakanlah, seorang pencipta lagu, selain mengasah bahasa dalam menulis lirik, ia pun perlu mengasah kepekaannya terhadap tren musik saat ini, atau isu apa yang secara pribadi ia ingin angkat dalam lagunya.
Oleh karena itu, tidak ada belajar yang sia-sia. Anak tetap perlu mengembangkan kemampuan di mata pelajaran yang mungkin tidak terlalu dikuasainya. Ayah Ibu dapat mengajak anak tetap belajar dengan cara-cara baru, misalnya dengan menonton video, menjawab kuis menarik, maupun menyimak kisah tokoh populer. Apresiasi kemauan anak untuk belajar hal yang sebelumnya kurang menarik bagi anak.
Dan ingat, jangan menekan anak untuk unggul di bidang yang yang memang bukan bakatnya. Setiap anak cerdas dengan caranya masing-masing. Inilah strategi kedua membantu anak mempersiapkan ujian.
Ceritakan pengalaman Ayah Ibu saat mengerjakan ujian
Dalam kecemasan dan kekhawatiran yang manusia alami, kita seringkali merasa sendiri di gua yang gelap. Padahal, tanpa kita sadari, banyak orang yang sedang mengalami kekhawatiran yang sama, bersama-sama dengan kita. Apa strategi ketiga dalam membantu anak mempersiapkan ujian?
Saat anak mulai tampak cemas menjelang minggu-minggu ujian. Ayah Ibu bisa menceritakan pengalaman pribadi Anda, saat tegang-tegangnya ujian. Ini tidak dimaksudkan untuk menakut-takuti anak, namun sebagai cara berempati dengan perasaan mereka. Ceritakan juga bagaimana Ayah Ibu bisa melampaui perasaan takut dan cemas tersebut. Hal tersebut dapat membantu anak yakin bahwa ia juga bisa mengontrol kecemasannya.
Tantang anak membuat cerita
Anak kesulitan memahami sebuah materi pelajaran? Aturan otak yang dirumuskan John Medina melalui berbagai penelitiannya mengungkapkan bahwa otak lebih tertarik pada informasi yang sifatnya emosional, bukan rasional. Otak menangkap makna terlebih dulu, sebelum detilnya. Itulah sebabnya, jika Anda membaca buku Anak Bukan Kertas Kosong, Anda bisa mendapati bagaimana Bukik Setiawan membuat Damai, putri kesayangannya, mau mencoba bermain Minecraft.
Bagaimana membuat belajar lebih nyantol buat anak? Strategi keempat membantu anak mempersiapkan ujian yang sesuai dengan aturan otak adalah dengan menggunakan media yang memikat.
source; temankita.com