[vc_row type=”in_container” full_screen_row_position=”middle” column_margin=”default” scene_position=”center” text_color=”dark” text_align=”left” overlay_strength=”0.3″ shape_divider_position=”bottom” bg_image_animation=”none”][vc_column column_padding=”no-extra-padding” column_padding_position=”all” background_color_opacity=”1″ background_hover_color_opacity=”1″ font_color=”#000000″ column_link_target=”_self” column_shadow=”none” column_border_radius=”none” width=”1/1″ tablet_width_inherit=”default” tablet_text_alignment=”default” phone_text_alignment=”default” overlay_strength=”0.3″ column_border_width=”none” column_border_style=”solid” bg_image_animation=”none”][vc_column_text]
Cara Membentuk Karakter Anak Sejak Dini
Bagaimana Membentuk Karakter Anak yang baik, kuat, dan percaya diri
Cara Membentuk karakter anak dengan kepribadian yang unik dan berbeda-beda. Namun, tempat ia tumbuh memainkan peran besar dalam pembentukan karakternya sebagai anak yang baik di masa depan.
JAUHI LABEL
Ketika Anda memberikan label atau kata untuk perilaku tertentu, Anda secara tidak sadar membuat anak itu percaya bahwa ia memang seperti itu. Untuk itu, sebaiknya hal ini.
Ketika Anda memberikan label atau kata untuk perilaku tertentu, Anda secara tidak sadar membuat anak itu percaya bahwa ia memang seperti itu. Untuk itu, sebaiknya hal ini.
Contoh yang paling sering orangtua katakan pada anak, “Kamu bodoh, kamu keras kepala, kamu nakal,” dan sebagainya.
Memberi label pada anak bisa membuat mereka menutup diri dan malas bereksplorasi. Hal ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri, bahkan meniru perilaku orang lain di sekitar mereka.
Ingatlah untuk selalu berhati-hati dengan kata-kata yang Anda gunakan. Terutama saat memperbaiki kesalahan anak Anda.
BIARKAN MEREKA BERMAIN
Zaman sekarang, cukup sulit mencari permainan yang bisa mengajarkan nilai-nilai seperti berbagi, peduli, semangat tim, dan ketahanan pada anak-anak.
Namun Anda tetap bisa menanamkan nilai-nilai tersebut dengan cara berolahraga sambil bermain. Olahraga dan permainan adalah kegiatan pengembangan kepribadian terbaik untuk anak-anak.
Sayangnya banyak orang tua saat ini melindungi anak-anak mereka dari permainan lapangan dan bahkan membatasi mereka untuk tidak berolahraga. Padahal ini sangat penting untuk fisik dan mental anak secara keseluruhan. Untuk itu, Anda harus melibatkan mereka secara aktif dalam olahraga.
BERSIKAPLAH LEMBUT TERHADAP KEKURANGAN MEREKA
Banyak orang tua berharap anak-anak mereka unggul dalam segala hal yang mereka lakukan. Ketika anak-anak tidak sesuai dengan harapan, beberapa orangtua pun menyatakan kekecewaannya melalui banyak cara. Bahkan tak jarang yang menuduh anaknya tidak cukup kompeten.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kemampuan unik. Sebagai orang tua, Anda harus mengidentifikasi dan mendorongnya. Anda dapat memberikan bantuan lembut untuk memperbaiki kekurangan anak tanpa mengurangi kepercayaan diri mereka.
JANGAN MEMBANDINGKAN ANAK
Membandingkan anak dengan saudara, teman, kerabat, dan tetangga lain dapat merusak kepribadian anak. Kebiasaan ini dapat memberikan pesan bahwa ia tidak cukup baik.
Anak-anak menjadi bingung tentang identitas mereka sendiri dan mulai meniru orang lain. Untuk itu, memahami kepribadian anak adalah langkah pertama dan terpenting dalam membangun kepercayaan diri serta kekuatan terbaik mereka.
MODEL PERILAKU YANG TEPAT
Anak-anak belajar apa yang mereka lihat, lebih dari apa yang mereka dengar. Karena itu, menerapkan hal-hal yang Anda anjurkan dapat meninggalkan kesan abadi pada mereka.
Misalnya dari hal-hal kecil seperti mengatur buku-buku di rak hingga bersikap sopan kepada para tamu. Anak-anak mengikuti apa yang Anda lakukan.
Jika ada kemunafikan atau kata-kata tidak sesuai dengan perilaku Anda, anak-anak dapat mengambilnya dengan sangat cepat. Oleh itu, sangat penting untuk mempraktekkan apa yang Anda ajarkan padanya.
JADILAH PENDENGAR YANG BAIK
Anak-anak selalu membutuhkan perhatian. Ketika anak-anak tumbuh, mereka menjadi semakin mandiri.
Anak-anak pra-sekolah dan balita cenderung mengekspresikan diri mereka lebih banyak dengan berbicara, terutama pada saat keterampilan bahasa mereka berkembang. Sebagai orang tua, Anda harus sabar dan mendengarkan cerita mereka. Dengan begitu, anak akan merasa lebih percaya diri.
BATASI WAKTU ANAK MENONTON TELEVISI DAN BERMAIN GADGET
Gadget adalah masalah yang harus dialami oleh orangtua saat ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa terlalu banyak melihat layar gadget atau menonton televisi bisa mempengaruhi perkembangan intelektual dan sosial anak.
Bermain game di gadget dapat menyebabkan kecanduan dan membuat anak cenderung lebih sedikit melakukan berinteraksi sosial.
Batasi screen time anak dan ajari mereka untuk menghargai lingkungan serta orang-orang disekitarnya lebih dari hal-hal virtual yang mereka lihat di gadget.
MEMBERIKAN KEJELASAN TANGGUNG JAWAB PADA ANAK
Terkadang orang tua gagal mengkomunikasikan apa yang mereka harapkan dari anak dan akhirnya menuduh mereka melakukan kesalahan. Padahal ketika aturan dan tanggung jawab tegas, beberapa anak belajar menyelaraskan perilakunya akan hal itu.
Mungkin perlu waktu bagi anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan seperangkat aturan, tetapi kepatuhan yang berkelanjutan dapat menjadikan suatu kebiasaan pada akhirnya. Jadi bersabarlah.
DORONG KEMANDIRIAN ANAK
Ajak anak secara perlahan mengelola tanggung jawab mereka yang sederhana. Misalnya mengepak tas sekolah mereka, menyikat gigi, atau meletakan kaus kaki kotor pada tempatnya.
Dorong anak Anda untuk melakukannya secara mandiri dengan pengawasan minimum. Ini tidak hanya melatih mereka dalam keterampilan hidup tetapi juga meningkatkan rasa tanggung jawab mereka.
TERAPKAN POLA ASUH YANG LEMBUT
Menegur atau melukai anak secara fisik saat mereka melakukan kesalahan dapat memperburuk keadaan. Untuk itu, cobalah sabar dan jelaskan kepada mereka konsekuensi dari kesalahan mereka. Ini akan jauh lebih efektif untuk memberikan perubahan yang lebih positif.
Ingatlah, ketika Anda meneriaki anak, ia akan takut dan tidak mengerti konsekuensi dari tindakan mereka. Menjelaskan kepada mereka atau bahkan kadang-kadang membiarkan mereka mengalami hasil tindakan mereka, membantu mereka memahami hubungan sebab-akibat.
Sumber; theasianparent.com
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]